Rabu, 25 April 2012

Pindah Rumah Kontrakan ( bagian I )

Pindah rumah kontrakan, adalah kisah hidup yang tak dapat dilewatkan. sebab bagiku, rumah kontrakan seolah sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. mulai dari usia belasan tahun, bahkan sampai sudah berkeluarga sendiri pun rumah kontrakan tetap menjadi pilihan yang paling mungkin kami pilih, sebab berbagai faktor terutama belum cukupnya finansial kami untuk memiliki sesuatu yang orang lain menyebutnya "Itu Rumahku..."
hari ini rumah menjadi berantakan, lantaran persiapan pindah rumah kontrakan yang ke 3 dari usia keluarga kecilku. tahun pertama pernikahan kami mengontrak di rumah yang kecil cukup hanya untuk berdua, sebab waktu itu anak juga belum lahir. sebuah rumah yang bagi banyak orang mungkin lebih layak disebut sebagai gudang. sebab lokasinya yang di belakang, sempit, lantai kayunya sudah mulai keropos, dan hewan-hewan pengerat yang bebas keluar masuk. tapi justeru di rumah pertama itulah semua kenangan awal pernikahan tertoreh di sana. perabotan rumah yang apa adanya. kipas angin tidak punya, tv tidak ada, kulkas apalagi, radio dan tape sekalipun kami tidak ada. jadi sungguh berdua saja kami menjalani hidup. jika suami berangkat kerja, berarti ibarat hidup sebatang kara. mulailah perlahan suami mengisi rumah itu dengan membuat rak piring dari kayu bekas. saya tahu jika ia tak pernah bertukang. tapi ku akui itulah karya terbaiknya. rak piring berukuran sangat kecil yang hanya menampung lima piring dan satu tempat bakul tempat nasi. 
melihat rumah sudah terisi rasanya hidup juga rumah. beberapa bulan berikutnya mulai suami membuat jemuran baju yang juga dari kayu, tempat sepatu yang dari kayu juga, tapi yang ini lebih keren sebab tempat sepatunya dibuat dari meja bekas hadiah dari nenek. 
begitulah, kehidupan awal kontrakan kami berjalan dengan beragam aktivitas yang unik dan serba mulai dari awal. sampai tahun berikutnya kami memutuskan untuk pindah rumah di lokasi yang lebih terbuka...  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar